PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Pengantar Pendidikan
Dosen
Pengampu : Dra.Suharni, M.Pd.
Disusun oleh :
Arum Pramistyasari
10144600063
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI
YOGYAKARTA
2010
Pendidikan
mempunyai tugas menyiapkan suber daya manusia untuk pembangunan. Sebagai
konsenkuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertama karena sifat
sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan
harus mengantiipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh
kemampuan daya ramal manusia. Oleh karena itu, perku ada rumusan sebagai
masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidikan dalam
mengemban tugasnya.
A.Permasalahan Pokok Pendidikan dan
Penagnggulangannya
Kaitan yang erat antara bidang
pendidikan sebagai system dengan system social budaya sebagai suprasistem
tersebut dimana system pendidikan menjadi bagiannya.Artinya, suatu permasalahan
intern dalam system pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar
system pendidikan itu sendiri.
B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
Empat masalah pokok pendidikan yang
telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya,yaitu :
- Masalah
Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan
adalah persoalan bagaimana system pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnyakepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehngga
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk
menunjang pembangunan.
Pada masa awalnya, di tanah
air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan di dalan undang-undang No.4
Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.Pada Bab
XI, Pasal 17 berbunyi :
Tiap-tiap warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama
untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan
untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.
Pada Bab VI, Pasal 10 ayat 1, menyatakan : “ Semua anak yang sudah
berumur 6 than berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di
sekolah sedikitnya 6 tahun lamanya.’’ Ayat 2 menyatakan :” Belajar di sekolah
agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap telah memenuhi
kewajiban belajar.’’
Masalah pemerataan memperoleh
pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh
kesepatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekaldasar berupa kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan
kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yangtersedia baik
mereka itu nantinya berperan seagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian
mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat serap pembangunan.
Oleh karena itu, dengan
melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut
yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan, mak
setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan
juga upaya pemerataan mutu pendidikan.
2.Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada
kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka
pertanyaanya adalah : Apakah keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan
pribadi yang bertaqwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang sosial dan
bertanggung jawab, warganegara yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa
kesetiakawaan sosial.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai
melalui proses belajar yang berutu.Jika terjadi belajar yang tidak optimal
menghasilkan skor hasil ujian yang baik maka hampir dapat dipastikan bahwa
hasil belajar tersebut adalah semu.Sebagai contoh, misalnya komponen sarana
pembelajaran yang lengkap tetapi tidak didukung oleh guru-guru yang terampil
maka sumbangan sarana tersebut pada pencapaian tujuan yang tidak akan optimal.
- Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa maslah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan
digunakan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan
tenaga.
Masalah
efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana bisa terjadi antara lain
sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan
kurikulum. Gejala lain diadakannya dan distribusikannya sarana pembelajaran
tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan, sikap dan keterampilan calon
pemakai, ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.Semuanya ini
menggambarkan bahwa dibalik pembaruan terjadi pemborosan meskipun sukar
dielakan. Sebab bagaimanapun juga pembaruan kurikulum merupakan tindakan
antisipasi terhadap pemberian bekal bagi calon luaran agar sesuai dengan
tuntunan zaman.
- Masalah Relevansi Pendidikan
Bahwa tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia
untuk membangun.Kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang
kerjaan yang ada antara lain :
a. Status lembaga pendidikan sendi masih
bermacam-macam kualitasnya.
b.Sistem pendidikan tidak pernah
mengahasilkan luaran siap pakai.Yang ada ialah siap kembang.
c. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan
persyaratannya yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga
pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
Gambaran relevansi pendidikan itu dengan
kebutuhan lapangan
Jika
produksi (L) tenaga dikaitkan dengan kebutuhan ?9K) dan pengangkatan (P), maka
ga,baran umumnya adalah sebagai berikut : L > K > P. Artinya jumlah luaran
lebih besar daripada pengangkatan, dengan akibat bahwa setiap tahunnya selalu
terjadi penumpukan tenaga kerja yang menungguu pekerjaan. Dapat disimpulkan
bahwa masalah relevansi merupakan masalah yang berat untuk dipecahkan, utam
maslah relevansi kualitas.
Dari
keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan ;
a. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga
negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu pendidikan.
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan,
pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrotesan pendidikan
sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Kesimpulannya
dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Relevasi
Mutu
Efisiensi
Pemerataan
1. Pemerataan
2. Mutu
3. Efisiensi
4. Relevansi
Saling
berkaitan antara masalah-masalah pendidikan.Pada dasarnya pembangunan di bidang
pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan
yang bermutu sekaligus.Ada dua faktoryang dapat dikemukakan sebagai
penyebabmengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan pasa saat
demikian.
Pertama,
gerakanperluasan pendidikan untuk melayani pemeraan kesempatan pendidikan bagi
rakyat banyak memerlukan penghimpuan dan pengerahan dana dan daya.
Kedua,
kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya
peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlau banyak, pengerahan
tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang
tidak memadai, dan seterusnya.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
1. Perkembangan Iptek dan Seni
a. Perkembangan Iptek
Terdapat
hubungan yang erat anatar pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi). Sebagai contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan dengan
iptek itu, misalnya sering suatu teknologi baru yang digunakan dalam suatu
proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial bau lantaranperubahan
persyaratan kerja.
Hampirsetiap
inovasi mengundang masalah.Pertama,
karena belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kita sudah
banyak mendapatkan pengalaman dalam hal ini. Kedua, pada dasarnya orang merasa ragu dan gusar jika mengadapi hal
baru. Umumnya lebih suka mengejakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin
dan ragumenerima hal baru yang lebih dikenal.
b. Perkembangan Seni
Kesenian
merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual maupun kelompok yang
mengahasilkan suatu yang indah.
2.Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah
kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
a. Pertambahan penduduk, dan
b. Penyebaran penduduk.
- Menurut
Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991;18)
Tabel
Perkiraan Jumlah Penduduk
Menurut Bank Dunia Tahun 1986
Pertengahan Abab XXI
Tahun
|
1986
|
1990
|
2000
|
2050
|
Penduduk (juta)
|
166
|
178
|
207
|
355
|
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka
penyediaan prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang
terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban
pembangunanasional menjadi bertambah.
- Penyebaran
Penduduk
Penyebaran
penduduk di seluruh plosok tanah air tidak merata. Sebaran penduduk seperti
digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan. Pola
yang labil ini juga merusak pola pasaran kerja yang seharusnya menjadi acuan
dalam pengadaan tenaga kerja.
3. Aspirasi Masyarakat
Orang
mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat harus ada
pekerjan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi jaminan untuk memperoleh
pekerjaan yang layak dan menetap itu.
Namun
demikian tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap pendidikan harus direndam,
justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan ditingkatka, utamanya pada
masyarakat yang belum maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi
menjadi motor penggerak roda kemajuan.
4.Keterbatasan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang
diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang mengganggap dirinya sudah maju )
kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya.Keterbelakangan budaya terjadi
karena:
· Letak geografis tempat tingal suatu
masyarakat (misal terpencil).
· Penolakan masyarakatterhadap datangnya
unsur budaya baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak
sendi masyarakat.
· Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis
menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
Yang terjadi masalah ialah
bahwa kelompok asyarakat yang terbelakang kebudayaannya tidak ikut berperan
serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang memiliki doronganuntuk maju.
Ada dua sub pokok bahasan yang diuraikan dalam bagian ini yakni
permasalahan aktual pendidikan dan penanggulangannya.
E.Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya
1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indoneia
Beberapa
masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah-masalah
keutuhan pencapaian sasaran, kurikulm, perana guru, pendidikan dasar 9 tahun,
dan pandayagunaan teknologi pendidikan.
Perlu
dipahami bahwa tidak semua maslah aktual tersebut merupakan masalah baru.
Bahkan ada yang sudah lama. Berikut ini masalah aktual tersebut:
a. Masalah
Keutuhan Pencapain Sasaran
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pnedidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan Pendidikan
Nasional ialah mengembagkan manusia Indonesia seutuhnya. Kemudian dipertegas
lagi secara rinci di dalam GBHB butir 2a dan b, tentang arah dab tujuan
pendidikan bahwa yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah manusia yang
sehat jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan secara vertikal (
dengan Tuhan Ynag Maha Esa ), horisontal (dengan lingkungan dan masyarakat),
dan konsentris( dengan diri sendiri): yang berimbang antar duniawi dan ukhrawi.
Jadi konsepnya sudah cukup baik. Tetapi
di dalam pelaksanaannyapendidikan afektif bellum ditangani semestinya.
Kecenderungan mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek kognitif. Pendidikan
agama dan Pendidikan Moral Pancasila misalnya yang semestinya mengutamakan
penenaman nilai-nilai bergeser kepada pengetahuan agama dan
pancasila.Keberhasilan pendidikan di nilai dari kemampuan kohnitif atau
penguasaan pengetahuan.Padahan untuk pengembangan perasaan dan hati agar
memahami nilai-nilai tidak cukup hanya berkenalan dengan nilai-nilai melainkan
harus mengalaminya.
Masalahnya, apakalh sistem pendidikan kita memberi peluang
demi terjadinyapengalaman-pengalaman tersebut. Kelihatannya banyak hambatan
yang harus dihadapi, antara lain:
1) Beban kurikulum sudah terlalu sarat.
2) Pendidiakn afektifsulit diprogamkan ecra
eksplesit, karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi(hiden curriculum) yang keterlaksanakan
sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru. Jika terjadi perubahan
tingkah laku afektif maka semata-mata adalah hasil atau dampak dari proses
pengiring dan bukan dampak langsung dari proses pembelajaran yang didesain.
3) Pencapaian hasil pendidikan afektif
mamakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
4) Menilai
hasil pendidikan afektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil, juga
membutuhkan biaya. Misal, jika PR ingin berdaya mendidik (ketekunan,
kepercayaan diri, kejujuran, kedisiplinan) maka harus diperiksa dengan saksama
oleh guru dan hasilnya dikebalikan kepada siswa untuk dibicarakan. Untuk itu
diperlukan adanya insentif bagi guru.
b.
Masalah Kurukulum
Masalah kurikulum meliputi
masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Saat ini sistem pendidikan
dilaksanakan dengan menggunakan kurikulum 1984 yang didesai sebagai
penyempurnaan(SK No.0209/76. Jika kurikulum Jika kurikulum 1975/76 beroreintasi
kepada produk pendidikan dan kurang membenahi proses pembelajaran maka
kurikulum 1984 lebih peduli terhadap kualitasproses pembelajaran. Kurikulum
1984 memberi perhatian yang besar pada CBSA dan keterampilan proses, juga
pelaksanaan ko dan ekstrakulikuler dengan memperhitungkan hasilnya sebagai
bahan untuk nilai akhir.
Konsep ini memang baguskarena
teoritis. Tetapi pelaksanaanya mengundang banyak masalah. Titik rawan yang bisa
timbul antara lain bagaimana mempersiapkan para pelaksana dan membina
pendidikan di lapangan khususbya guru agar dapat ber-CBSA dan melaksanakan
keterampilan proses dalampembelajaran. Ini bukan persoalan yang mudah, karena
merupakan soal perubahan sikap dan keterampilan dalam
pembelajaran.Pembenahannya memerlukan penataran, penyulluhan, bimbingan secara
kontinu dari para pembina pendidikan srta tenaga ahli. Kesemuanya itu belum
beban biaya.
Konsep kurikulum 1984 juga
memiliki kelebihan karena adanya keluwesan-keluwesan antara lain :
·
Disediakannya
anega program belajar, untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk memasuki
lapangan kerja.
·
Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk
persatuan nasional, memuat pengetahuan minimal dan program khusus A dan B dapat
dipilih sesuai sengan kemampuan dan minat siswa.
·
Adanya program pusat dan program daerah ( muatan
local ).
Sekalipun demikian tetap disadari bahwa pelaksanaan kurikulum ini tidak
mudah dan cukup rumit. Disinilah letak kesalahannya.
Kerumitan-kerumitan itu antara
lain, meliputi :
·
Pemilihan
materi muatan lokal yang tepat.
·
Penyusunan
program (disajikan secara onolitik atau secara integratif), juga menentukan
pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan, dari dalam dan dari luar
lingkungan sekolah.
·
Koordinasi
pelaksanaan.
·
Penyedian
sarana, fasilitas, dan biaya.
Semuanya itu menurut
keterampilan dari para pelaksana dan membina pendidikan di lapangan yang harus
bergerak sebai tim dengan ditunjang kemauan yang besar sebagai tekat bersama..
c. Masalah
Peranan Guru
Guru merupakan satu-satunya
sumber belajar, ia menjadi pusat termpat bertanya. Tugas guru memberikan ilmu
pengetahuan kepadamurid. Cara demikian dipandang sudah memadai karena ilmu
pengetahuan guru belum berkembang, cakupannya masih terbatas. Sejak abad ke-19,
bagi seorang guru tidak mungkin lagi menguasai seluruh khasanah ilmu
pengetahuan walau dalam bidangnya sendiri yang ia tekuni. Dia tidak mungkin
menjadikan dirinya gudang ilmu dan oleh karena itu juga tidak satu-satunya
sumber belajar bagi muridnya.
Guru mendudukan dirinya hanya
sebagai bagian dari sumber belajar. Beraneka ragam sumber belajar yang hanya
justru dapat ditemukan di luar diri guru seperti perpustakaan, teman bacaan,
museum, toko buku, berbagai media massa, lembaga-lembaga sosial, orang-orang
pintar, kebun binatang, alam dan lingkungan sekitar dan lain-lain.
PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Prngantar Pendidikan
Dosen
Pengampu : Dra.Suharni, M.Pd.
Disusun oleh :
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI
YOGYAKARTA
2010